Rabu, 21 Maret 2012

Biarkan Mereka Bukan Aku

Biarkan orang lain menjalani kehidupan yang kecil, tetapi bukan aku.
Biarkan orang lain berdebat tentang hal-hal kecil, tetapi bukan aku.
Biarkan orang lain mengeluh atas apa yang mungkin terjadi, tetapi bukan aku.
Biarkan orang lain menangisi kecil sakit, biarkan mereka putus asa, biarkan mereka menjadi dendam dan ingin membalas dendam, tetapi bukan aku.
Biarkan orang lain meninggalkan masa depan mereka, dan menanggalkannya di tangan orang lain, biarkan mereka menjadi materialistis dan sombong, tetapi bukan aku.
Biarkan orang lain tidak bersyukur dan berhenti berdoa, tapi tidak aku !
Biarkan orang lain menyerah, tetapi bukan aku ! Sekali lagi bukan aku. Sebab disini aku tahu, siapa yang percaya dan yakin akan sesuatu, maka dia akan mampu.

Selasa, 06 Maret 2012

Surat Kepada Ayah

Tak ada kata yang pantas terucap untukmu ayah. Mungkin engkau bukan orang terdekat. Mungkin engkau juga bukan yang selalu berada disampingku, saat aku bahagia, kecewa bahkan saat aku bersedih hingga meneteskan air mata.
Saat anak-anak pergi sekolah dengan ayahnya yang juga pergi bekerja, kita tidak pernah melakukanya karena kau yang harus berangkat lebih dulu saat matahari belum menampakan cahayanya.
Saat anak-anak menunggu kepulangan ayahnya untuk bermain bersama, tidak dengan aku yang selalu terlelap saat menunggu kepulanganmu yang begitu larut. Andai dapat ku beli waktu kerjamu kala itu, aku rela membayarnya dengan uang jajanku untuk bisa bermain bersamamu.
Kita mungkin bukan pasangan yang baik. Kau sibuk dengan urusanmu, sedangkan aku bermain dengan semua khayalanku.
Saat aku mulai tumbuh besar, kita mulai punya waktu untuk bersama. Tapi bukan untuk bermain melainkan melakukan pekerjaan yang tidak aku inginkan. Seolah kau menindasku, aku jadi tidak suka denganmu. Aku membenci semua tentangmu. Kau marahi aku jika melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan maumu. Kau buat aku merasa lemah dengan ucapan-ucapan kasarmu. Ingin rasanya kau segera tiada dari duniaku, mengakhiri semua penderitaan dalam kehidupanku.
Pernah sekali aku menyalahkanmu atas apa yang terjadi dalam hidupku. Kusadari kau menangis saat ku terbangun sejenak dari tidur lelapku. Lama setelah itu, kupandangi wajahmu saat tertidur lelap, terbayang kerja keras yang kau lakukan untuk membesarkanku. Terbayang letih yang tersimpan dalam dirimu atas kerja keras yang kau lakukan untuk memenuhi kebutuhanku. Seakan tak tahu apa jadinya diri ini jika tanpa kehadiranmu. Tak ingin rasanya kehilanganmu dari sisiku.
Kini aku telah dewasa. Tumbuh menjadi seorang pemuda mandiri yang juga tidak dapat melupakan kasih sayang keluarganya. Kau ajarkan aku menjadi seorang yang siap menjalani kerasnya hidup tanpa melupakan kelembutan hati. Kau ajarkan padaku bagaimana menjadi pribadi yang kuat tanpa melupakan setiap orang punya kelemahan. Kau tanamkan padaku mencapai keberhasilan tanpa melupakan kalau setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. Kau buat aku berdiri di jalan yang penuh dengan hambatan dan rintangan agarku dapat menaklukan kerasnya kehidupan. Kau jadikan aku sebagai seorang pemimpin yang sanggup memimpin dirinya sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain. Dan yang jauh lebih penting dari itu semua adalah kau membuat aku merasa bangga atas semua yang telah kau lakukan untukku.
Karena itulah, aku selalu berdoa ”semoga Tuhan selalu memberi yang terbaik untukmu”
Untuk setiap detak yang terjadi dalam nadi dan jantungku, hatiku berkata ”Terima Kasih Ayah”

Minggu, 04 Maret 2012

Ayah dan Seorang Anak

Di suatu sore hari pada suatu desa kecil, ada seorang yang sudah tua duduk bersama anak nya yang masih muda yang baru saja lulus SMA. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.


Saat mereka berbincang-bincang, datang seekor burung hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menuding jari ke arah burung itu sambil bertanya,
“Nak, apakah benda hitam itu?” “Burung gagak”, jawab si anak.
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras.
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Si  anak  merasa sedikit  bingung  dengan  pertanyaan  yang  sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
tidak  lama kemudian, sang  ayah sekali lagi mengajukan  pertanyaan  yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada sang ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????
Itu burung gagak Ayah….., burung gagak”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Kemudian si   ayah   lalu   bangun   menuju   ke   dalam   rumah   meninggalkan   si   anak   yang kebingungan.Kemudian si ayah keluar dengan sebuah buku di tangannya. Dia mengulurkan buku itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary lama.
Sambil menunjuk pada suatu lembaran pada buku si ayah berkata, “Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,”.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa anakku. Asahlah kesabaranmu. karena itu adalah salah satu kunci meraih suksesmu”
Lalu si anak seketika memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta maaf atas apa yg telah ia perbuat.

Jumat, 02 Maret 2012

Perbedaan Kuliah dengan SMA


Gue cuma pengen sedikit share soal perbedaan kuliah dengan masa SMA, walaupun gue baru ngersain 1 smester tetapi gue udah sangat merasakan perbedaanya,,

     1)      Pembelajaran/perkuliahan
Dari bidang akademik perbedaan yang terjadi antara SMA dan kuliah itu sangat terasa perbedaanya, di SMA kita masih seperti di suapi ilmu oleh guru-guru kita, kita sangat tidak mandiri dalam melakukan pembelajaran, guru sangat berperan penting dalam pembelajaran di sekolah, namun di kuliah diri kita sendiri lah yang berperan sangat penting dalam perkuliahan, dosen hanya menjadi pembimbing memberikan arahan apa yang harus kita lakukan dan kita mencari ilmu dari arahan itu

      2)     Tanggung Jawab
Soal tanggung jawab gue juga merasakan banyak perbedaan antara di SMA dan kuliah. Di SMA kita masih sering melakukan hal-hal seperti tidak mengerjakan PR atau menyontek, hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan di kuliah. Kita diberikan tugas oleh dosen dengan permasalahan yang berbeda pada setiap mahasiswanya, dan apabila kita diberikan permasalahan yang sama mahasiswa sangat tidak mungkit untuk melakukan plagiatisme dikarenakan ada beberapa ancaman yang diberikan oleh dosen itu, yang membuat para mahasiswa tidak berani memberikan contekan atau untuk mencontek.

3)      Kesibukan
Tugas yang bertumpuk sudah jadi makanan sehari-hari buat para mahasiswa. Mahasiswa seperti tidak pernah diberikan waktu untuk bernafas, mahasiswa selalu ditekan dengan banyaknya tugas. Ini untuk melatih ketangguhan kita di dunia kerja nantinya. Berbeda dengan SMA guru masih berfikir dua kali untuk memberikan tugas yang banyak kepada siswanya.

Jadi di kuliah ini kita lebih dituntut untuk bisa mengatur waktu, setiap detik waktu adalah sangat penting bagi para mahasiswa. Mahasiswa juga dituntut untuk lebih kreatif agar tidak melakukan hal-hal yang monoton, juga dilandasi tanggung jawab saat ada di dunia kerja nanti.