Minggu, 25 Desember 2011

Macet Oh Macet


Denpasar ramai kendaraan
Denpasar disebut kota besar meskipun luas wilayahnya tidak benar-benar besar. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk urban ke Denpasar. Anggapan bahwa datang ke kota besar sangat menjanjikan menyebabkan banyak penduduk yang mengadu nasib ke Denpasar. Maka pertumbuhan jumlah kendaraan di Denpasar sebanding dengan meninggkatnya jumlah penduduk. Belum lagi penduduk yang telah lama berjuang di Denpasar yang bisa dibilang sukses.
Meningkatnya pendapatan memancing masyarakat membeli kendaraan pribadi. Apalagi semakin sulitnya akses angkutan umum. Menurut data yang dilangsir dari situs resmi Pemerintah Kota Denpasar, jumlah kendaraan di Kota Denpasar pada Tahun 2000 adalah sebanyak 449.904, sedangkan jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun yang sama adalah 522.381 orang (sumber : Denpasar Dalam Angka 2000, BPS Kota Denpasar). Ini berarti hampir setiap penduduk memiliki satu kendaraan bermotor. Bayangkan betapa ramainya kota Denpasar dengan kendaraan bermotor.
Meningkatnya jumlah kendaraan di kota Denpasar tidak diikuti peningkatan sarana dan prasarana transportasi. Jalanan kota Denpasar merupakan jalan tradisional. Jalan-jalan tersebut tidak dapat diperlebar lagi. Khususnya daerah pinggir jalan yang sudah dipadati bangunan perumahan maupun pertokoan.

Angkutan Umum tak efisien
Lantas, mengapa masyarakat lebuh memilih menggunakan kendaraan pribadi? Mengapa masyarakat tidak memilih menggunakan angkutan umum seperti kota besar lainnya di tanah air? Jawabannnya ada pada ketidakefisiannya penggunaan angkutan umum.
Menurut data yang dikutip dari situs resmi Pemerintah Kota Denpasar, jumlah angkutan umum yang diperlukan adalah 562 unit armada angkutan kota. Tapi di lapangan ada sekitar 1.047 unit. Itu berarti terjadi kelebihan 485 unit armada. Sedangkan permintaan masyarakat akan angkutan umum sangat kurang. Itu berarti terjadi ketidakefisiennya keberadaan angkutan umum.
Penilaian efektivitas juga melihat kapasitas dan jumlah armada, jumlah penumpang, aksesibilitas, keandalan, serta kenayamanan dan keamanan. Dikutip dari situs ITB Central Library, untuk kapasitas tempat duduk yang termanfaatkan dan jumlah armada yang beroperai hanya 47%. Sisanya tidak beroperasi. Jumlah penumpang sangat sedikit dilihat dari penumpang per kilometer dan load factor menunjukkan tingkat keterisian kurang dari 50%. Aksesibilitas dilihat dari cakupan pelayanan yang hanya 30% dari wilayah kota. Aksesibilitas adalah kemampuan seseorang untuk mencapai suatu objek atau dalam hal ini adalah angkutan umum. Keandalan dilihat dari headway yang berada pada batas rata-rata waktu tunggu yaitu 10,1 menit. Tidak ada usaha dari pengemudi untuk meningkatkan kenyamanan penumpang. Pengemudi selalu mengusahakan agar angkutannya terisi penuh meskipun penumpang harus menunggu hingga kurang lebih 10 menit. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang menunggu angkutan umum untuk mencapai suatu tempat. Alasan lainnya adalah faktor ketidakamanan dan kebersikan angkutan umum.

Upacara Keagamaan Bikin Macet
Aktivitas keagamaan selalu menjadi problematika klasik dalam dunia transportasi kota Denpasar. Setiap ada upacara agama yang digelar, pasti diikuti oleh kemacetan disekitar ruas jalan yang dipakai untuk upacara agama. Kebanyakan karena kendaraan peserta upacara yang diparkir di pinggir jalan. Bahkan sering kali menutupi setengah badan jalan.
Tingginya ketaatan masyarakat Bali khususnya Kota Denpasar terhadap agama mereka menyebabkan sering kalinya diadakan upacara agama. Terlebih bila upacara yang ada melibatlkan banyak orang. Jadilah setiap hari-hari tertentu, beberapa ruas jalanan di Denpasar menjadi macet.

Solusi Macet
Banyak cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam mengatasi kemacetan di kota Denpasar. Pertama adalah mengimbangi ruas jalan dengan jumlah kendaraan yang melaluinya. Banyak gang dan jalanan yang dapat diaspal sehingga dapat memmperlebar luas jalan. Selain itu dapat juga memperlebar jalanan di daerah pertokoaan di Denpasar. Misalnya saja daerah Diponegoro. Trotoar jalan dapat dibongkar sebagai pelebaran jalan. Sedangkan emperan toko dapat menjadi ganti tempat pengunjung berjalan kaki.
Langkah kedua ialah meningkatkan keefektifitas angkutan umum. Pemerintah dapat menambah jalur trayek angkutan kota. Utamanya di kawasan pendidikan. Sehingga para siswa dapat menggunakan angkutan umum untuk pulang pergi sekolah-rumah. Selain itu meratakan penyebaran halte-halte angkutan umum. Perataan penyebaran angkutan umum juga harus dibarengi peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum. Dengan begitu, masyarakat akan lebih tertarik menggunaka angkutan umum.
Solusi lainnya adalah penertiban jalan di kala berlangsungnya upacara agama. Pihak penyelenggara seharusnya melakukan pemberitahuan sebelumnya, minimal 2 hari sebelum upacara kepada polisi lalu lintas. Dengan adanya pemberitahuan sebelumnya, polisi atau pihak pengamanan lainnya dapat melakukan persiapan pengamanan jalan. Misalnya saja pengalihan ruas jalan ke jalan yang tidak dilalui upacara agama.
Baru-baru ini pemerinta menerapkan aturan baru yaitu jumat bebas mobil. Aturan ini berlaku bagi kepada seluruh pegawai pemerintahaan kota Denpasar. Selama ini kebijakan tersebut tidaklah memberikan dampak yang berarti terhadap kemacetan kota. Namun, bila aturan tersebut akan efektif sekali bila diterapkan kepada seluruh masyarakat Kota Denpasar.
Sebenarnya solusi-solusi tersebut sudah ada sejak dahulu. Tinggal sekarang pemerintah memaksimalkan solusi tersebut dan melaksanakan dengan serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar